KECAMATAN TIRTOMOYO
Wisata spiritual Kahyangan lebih serius digarap
Banyak keindahan alam yang dimiliki Kecamatan Tirtomoyo, Wonogiri. Selain terkenal dengan wisata spiritual Kahyangan, berbagai potensi ekonomi banyak ditemukan di kecamatan ini. Kecamatan Tirtomoyo menjadi salah satu wilayah berpotensi di Wonogiri. Keadaan alam yang dikelilingi bukit tersebut seakan-akan terbelah menjadi dua. Hal ini karena di tengah-tengah wilayah seluas 9. 301.08 hektare (ha) itu mengalir Sungai Wiroko. Sungai terbesar di daerah tersebut dan menjadi sungai penghidupan masyarakat.
Potensi kerajinan yang cukup banyak di wilayah ini menjadi salah satu potensi yang perlu digarap. Keberadaan obyek wisata spiritual Kahyangan, menambah kekayaan potensi di kecamatan ini. Lokasi tersebut selalu disinggahi oleh petinggi daerah dan setiap Bulan Sura digelar wayang kulit semalam suntuk.
Guna menarik wisatawan, pengelola obyek wisata di Bulan Sura membuat obor sepanjang jalan masuk. Menurut penuturan beberapa warga stempat, lokasi wisata Kahyangan merupakan tempat bertapa Panembahan Senapati, salah satu leluhur Kerajaan Mataram.
Bahkan, menurut kepercayaan masyarakat, air di lokasi tersebut membawa berkah dan menjadi sumber kecantikan atau awet muda saat dibasuhkan ke muka. Lokasi wisata tersebut, boleh dibilang belum optimal difungsikan. Belum banyak wisatawan yang mampir ke lokasi tersebut. Bagi masyarakat sekitar Surakarta, Kahyangan sudah sangat terkenal.
Untuk mendukung promosi, pihak Dinas Perhubungan, Pariwisata, Seni dan Budaya (DPPSB) setempat telah membuat papan penunjuk lokasi tersebut. Selain itu, leaflet yang dicetak oleh DPPSB, lokasi wisata Kahyangan juga termasuk salah satu obyek wisata andalan Wonogiri.
Camat Tirtomoyo, Tarjo Harsono, mengatakan potensi itu akan dioptimalkan sehingga mampu mengembangkan daerah Tirtomoyo.
Pelurusan sungai
”Program jangka pendek kami adalah pelurusan Sungai Wiroko. Kenapa? Karena Sungai Wiroko keadaannya tidak berbentuk. Di saat musim penghujan aliran sungai akan berpindah-pindah seiring dengan kondisi tanah di aliran tersebut. Karena selalu berpindah-pindah, maka kami tetap akan meluruskan aliran sungai tersebut,” jelasnya.
Dengan pelurusan aliran sungai diharapkan lokasi di sekitar sungai bisa digarap oleh masyarakat. ”Karena Tirtomoyo sudah memiliki obyek wisata Kahyangan, maka masyarakat sekitar harus bisa memanfaatkan keberadaan obyek wisata. Salah satunya adalah menyiapkan sarana pendukung,” ujarnya.
Menurut rencana, tujuh desa di daerah selatan Sungai Wiroko akan dikembangkan menjadi daerah sentra tanaman perkebunan dan buah-buahan. Tujuh desa itu adalah desa Sukoharjo, Dlepih, Wiroko, Hargosari, Hargorejo dan Genengharjo serta Girirejo. Tarjo berharap jika masyarakat sudah mengubah pola tanam, maka tanamannya tidak melulu palawija. ”Wisatawan yang datang bisa langsung membawa oleh-oleh buah-buahan, seperti daerah wisata daerah lain.”
Menuju lokasi Kahyangan tidak terlalu sulit. Jalur transportasi pedesaan sudah berjalan dan di Tirtomoyo juga terdapat angkutan umum pada malam hari.
Kecamatan Tirtomoyo meskipun berada di daerah yang cukup terpencil, namun menyimpan potensi sumber alam dan sumber daya manusia yang cukup teruji.
Selain obyek wisata Kahyangan, di Desa Sukoharjo juga terdapat monumen atau petilasan Pangeran Diponegoro. Potensi sejarah tersebut memang belum tersentuh dan sangat sedikit masyarakat Wonogiri yang mengetahui.
Hal itu kemungkinan disebabkan kondisi geografis yang penuh dengan gunung, sehingga dibutuhkan akselerasi dari pemegang kekuasaan.
Camat Tirtomoyo, Tarjo Harsono, mengatakan potensi lain yang cukup mengangkat daerah Tirtomoyo menjadi daerah subur adalah industri batik tulis dan industri genteng di sekitar Sungai Wiroko.
Dua industri tersebut, menurut Tarjo, mampu mengurangi angka pengangguran. Untuk industri rumah tangga, batik tulis Wonogiren menyerap tenaga kerja mencapai 250 orang, sedangkan industri genteng sekitar 200-an tenaga. Industri batik tulis, di daerah Ngarjosari hingga saat ini masih dilestarikan karena turun temurun. ”Pemasaran batik Wonogiren sudah menjangkau ke kota-kota besar, seperti Surabaya, Jakarta dan Solo. Setiap ada pameran produk unggalan, pengrajin batik tulis Wonogiren selalu tampil,” kata Tarjo.
Sedangkan industri genteng terpusat di Desa Wiroko dan tersebar di tiga dusun. Mengingat jumlah pengrajin cukup banyak, para pengelola telah membentuk koperasi. Bahkan, saat kejadian gempa di Klaten beberapa waktu lalu, pengrajin genteng Tirtomoyo mampu memenuhi pesanan genteng sebanyak 100.000 buah dalam waktu sehari.
”Keberadaan koperasi pengusaha genteng cukup efektif, terutama dalam hal pemupukan modal. Karena motif genteng selalu berubah-ubah, pengrajin di Tirtomoyo selalu mendapat informasi dari luar daerah seiring dengan kemajuan informasi,” jelas Tarjo.
Sentra tanaman
Daerah yang kecukupan dalam kebutuhan air itu, menurut Tarjo, akan dikembangkan sistem sentra tanaman. Dia memiliki konsep dari 14 desa/kelurahan yang ada di Tirtomoyo akan dibagi dalam tiga sentra, yakni sentra tanaman perkebunan buah-buahan, sentra palawija dan sentra padi.
Desa Dlepih yang menjadi tempat obyek wisata Kahyangan akan dibagi menjadi dua sentra tanaman, yakni tanaman buah-buahan dan tanaman padi. Demikian juga Desa Wiroko, yang telah terdapat industri genteng akan ditambah dengan sentra padi.
Khusus untuk Desa Tanjungsari, Sendangmulyo, Ngarjosari dan Hargantoro, akan dijadikan sentra palawija. Empat desa tersebut merupakan jalur pintu masuk ke Kota Tirtomoyo, sehingga dengan berkembangnya pola tanaman palawija diharapkan pendatang atau wisatawan akan menikmati perjalanan dengan melihat hijaunya tanaman.
Sentra padi akan dipusatkan di Desa Dlepih, Wiroko, Banyakprodo, Sukoharjo dan Kelurahan Tirtomoyo, sedangkan sentra tanaman buah-buahan akan dipusatkan di Desa Sukoharjo, Dlepih, Wiroko, Hargosari, Hargorejo, Genengharjo dan Girirejo.
Selain itu, untuk mempercepat arus transportasi, akan dikembangkan sarana perhubungan atau jalur lintas selatan dari Desa Hargosari menuju Kecamatan Nawangan, Pacitan. Akses jalu lintas provinsi itu akan dikembangkan di lima desa lainnya.
Dengan adanya sarana jalan diharapkan potensi yang ada di Tirtomoyo bisa didistribusikan dan diminati oleh pemilik modal luar daerah.
Data Kecamatan
Nama Kecamatan : Tirtomoyo
Nama camat : Tarjo Harsono
Luas wilayah : 9.301.0885 hektare (ha)
Jumlah Desa/Kelurahan : 14 (empat belas)
Jumlah RT : 386 RT
Lahan sawah : 1.804.5315 ha
Lahan tegalan : 3.272.7482 ha
Lahan bangunan : 2.408.7675 ha
Hutan negara : 1.572.3895 ha
Padang rumput : 15.1960 ha
Lain-lain : 186.4560 ha
Batas Wilayah :
Utara : Kecamatan Jatiroto dan Sidoharjo
Timur : Kecamatan Nawangan, Jawa Timur
Selatan : Kecamatan Batuwarno
Barat : Kabupaten Nguntoronadi
Data sistem pengairan lahan di Tirtomoyo (dalam ha)
No. Desa teknis 1/2 teknis sederhana tadah hujan pasang surut
1. Hargosari - 440.000 1.324.845 - -
2. Dlepih 760.300 235.000 136.490 431.400 -
3. Wiroko 760.000 400.000 95.700 - -
4. Sukoharjo - 250.000 807.690 - -
5. Hargorejo - - 721.490 100.000 -
6. Sidorejo - 50.000 370.000 - -
7. Genengharjo - 500.000 200.000 140.000 -
8. Girirejo - - 729.990 461.050 -
9. Hargantoro - 670.000 324.940 466.280 -
10. Tirtomoyo 738.135 526.870 428.000 55.155 -
11. Banyakprodo 1.961.000 - 50.000 70.615 -
12. Ngarjosari - 500.000 300.000 - -
13. Sendangmulyo - 50.000 - 1.582.980 -
14. Tanjungsari - 11.174.991 248.145 - -
Sumber: Kantor Kecamatan Tirtomoyo - Trianto Hery Suryono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar